Sabtu, 18 Mei 2013

Laporan praktikum kimia Analitik II


HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Kimia Analitik II dengan judul “Kromatografi Penukar Ion” yang disusun oleh:
Nama                   : Nurul Hidayah
Nim                      : 1113040039
Kelas/Kelompok  : Pendidikan Kimia (A)/V
Telah diperiksa dan dikoreksi dan disetujui oleh Asisten, maka dinyatakan diterima.










A.    Judul Percobaan
“Kromatografi Penukar Ion”.
B.     Tujuan Percobaan
Menentukan kapasitas dari penukar ion dan memisahkan campuran Ni2+ dan Fe2+ dengan resin penukar ion.
C.    Landasan teori
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang didalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stasioner) (Takeuchi, 2009).
Tahun 1903 Tswett menemukan teknik kromatografi. Teknik ini bermanfaat sebagai cara untuk menguraikan suatu campuran. Dalam kromatogafi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fase adalah fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel atau terserap di dalam pori-pori partikel atau terbagi ke dalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau di dalam pori. Ini adalah sorpsi (penyerapan). Laju perpindahan suatu molekul zat terlarut teartentu di dalam kolom atau lapisan tipis zat penyerap secara langsung berhubungan dengan bagian molekul-molekul tersebut di antara fase bergerak dan fase diam. Jika ada perbedaan penahana secara selektif, maka masing-masing kmponen akan bergerak sepanjang kolom dengan laju yang tergantung pada karakteristik masing-masing penyerapan. Jika pemisahan terjadi, masing-masing komponen keluar dari kolom pada interval waktu yang berbeda, mengingat bahwa proses keseluruhan adalah fenomena migrasi secara diferensial yang dihasilkan oleh tenaga pendorong tidak selektif berupa aliran fase bergerak (Khopkar, 2010:135-136).
Pekerjaan pemisahan  secara kromatografi dengan mempergunakan resin penukar ion telah dilakukan oleh beberapa peneliti dalam usaha untuk memisahkan produk-produk reaksi fisi. Bahan pertukaran ion adalah zat yang tak dapat larut yang mengandung ion. Ion ini dapat ditukar gantikan oleh ion dari dalam larutan elektrolit. Ion fosfat merupakan pangganggu yang dijumpai dalam banyak analisis yang melibatkan penetapan logam. Namun jika larutan itu dilewatkan kolom resin penukar anion dalam bentuk ion klorida, maka ion fosfat itu digantikan oleh ion klorida. Sama juga, penentuan fosfat dipersukar oleh adana pelbagai ion logam, tetapi jika larutan itu dilewatkan kolom reasin penukar kation dalam bentuk terprotonkan, maka kation pengaganggu digantikan oleh hidrogen ion (Basset, 1994: 10-11).
Menurut Khopkar (2010:16), resin penukar ion berdasarkan pada keberadaan gugus labilnya dapat secara luas diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni: 
1.) Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3).  
2.) Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan –COOH)  
3.) Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau kuartener.
 4.)      Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan labil).
Kapasitas dan efektivitas resin terhadap klor dikerjakan dengan melewatkan larutan klor dengan beberapa variasi konsentrasi ke dalam kolom resin yang didiamkan selama waktu jenuhnya. Kapasitas resin penukar anion didefinisikan sebagai banyakny anion yang dapat diturunkan oleh setiap 1 g resin kering, selanjutnya kapasitas resin dapat dicari berdasarkan grafik kapasitasnya yang diperoleh dengan cara membuat grafik antara variasi konsentrasi larutan klor dengan banyaknya klor yang terikat oleh 1 g resin (Antara, 2008: 90).
Mengetahui besarnya nilai penukaran suatu resin penukar ion dalam praktek berguna untuk dapat memperkirakan berapa banyaknya resin yang diperlukan (yang harus dimasukkan dalam kolom) untuk suatu penetapan atau suatu pemisahan. Dalam praktek biasanya jumlah resin yang dimasukkan ke dalam kolom adalah ± 2 kali jumlah yang dihitung berdasarkan nilai kapasitas penukarannya (Tim Dosen Kimia Analitik, 2013: 17-18).
Jumlah konsentrasi ion logam dalam larutan akan mempengaruhi kemampuan pengamban dengan konsentrasi tetap untuk diekstraksi dari fasa air ke fasa organik. Ion logam dipengaruhi oleh konsentrasi ion logam Fe(III), Cr (III), Ni(II), Pb(II), Co(II), dan Cu(II) yang ada di fasa air. Pada konsentrasi tertentu semua situs pengemban telah mengikat ion logam. Saat kondisi seperti ini meskipun konsentrasi ion logam bertambah tidak akan mempengaruhi jumlah ion logam yang terekstraksi, justru menurun karena akivitas logam dalam larutan menjadi lebih kecil sehingga yang terkompleks juga menjadi berkurang (Harimu, 2009:265).
Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat ditempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1455oC, dan bersifat sedikit magnetis. Semua senyawa nikel, bila dipanaskan dengan natrium karbonat di atas arang, menghasilkan serpih-serpih logam nikel berwarna abu-abu yang sedikit magnetis. Jika serpih-serpih itu ditaruh di atas selambar pita kertas saring, dilarutkan dengan beberapa tetes asam nitrat, lalu ditambahkan beberapa tetes asam klorida pekat, dan kertas saring dikeringkan dengan menggerakkannya maju mundur dalam nyala api, atau dengan menaruhnya pada dinding sebelah luar tabung uji yang mengandung air yang dipanaskan sampai titik didih, maka kertas mendapat warna hijau yang disebabkan oleh terbentuknya nikel (II) klorida. Dengan membasahkan kertas saring itu dengan larutan ammonia, dan menambahkan beberapa tetes dimetilglioksima, terjadi warna merah (Svehla, 1998:284-285).
Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur pada 1535oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni; biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dan besi, serta sedikit grafit. Bila kalium sianida ditambahkan perlahan-lahan, menghasilkan endapan coklat kemerahan besi (II) sianida:
         Fe3+  +  3CN-    --->    Fe(CN)3
Dalam larutan yang sedikit asam, Fe3+ yang direaksikan dengan ammonium tiosianat, dihasilkan pewarnaan merah tua (perbedaan dari ion besi (II)), yang disebabkan karena pembentukan suatu kompleks besi (III) tiosianat yang tak berdisosiasi:
         Fe3+  +  3SCN-    ----->    Fe(SCN)3
Molekul yang tak bermuatan ini dapat diekstraksi oleh eter atau amil alkohol. Selain itu, terbentuk pula serangkaian ion-ion kompleks, seperti [Fe(SCN)]2+, [Fe(SCN)4]-, [Fe(SCN)5]2-, dan [Fe(SCN)6]3- (Svehla, 1998: 263-264).
D.    Alat dan Bahan
1.      Alat 
a.       Buret 50 mL 4 buah 
b.      Statif dan klem @ 3 buah
c.       Corong biasa 2 buah
d.      Gelas ukur 250 mL 1 buah 
e.       Gelas ukur 25 mL 1 buah
f.       Batang pengaduk 2 buah 
g.      Gelas kimia
h.      Erlenmeyer 250 mL
i.        Neraca analitik 1 buah
j.        Botol semprot 1 buah 
k.      Corong pisah 250 mL 2 buah, 100 mL 1 buah 
l.        Pipet tetes 5 buah 
m.    Gelas ukur 10 mL 1 buah
n.      Tabung reaksi 3 buah
2.      Bahan
a.       Resin penukar kation yang bersifat asam kuat (Dowex-50 Wx8) 
b.      Larutan natrium sulfat (Na2SO4) 0,25 M
c.       Indikator pp 
d.      Larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,1 M
e.       Resin penukar anion yang bersifat basa kuat (D0wex 1x8)
f.       Larutan natrium nitrat (NaNO3) 0,25 M 
g.      Larutan standar perak nitrat (AgNO3) 0,1 M
h.      Larutan kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator
i.        Larutan asam klorida (HCl) pekat dan 0,5 M
j.        Larutan cuplikan yang mengandung Ni2+ dan Fe3+ 
k.      Kapas 
l.        Aquades (H2O) 
m.    Dimetil glioksim 
n.      Larutan KSCN
E.     Prosedur Kerja
1.      Menentukan kapasitas resin penukar kation 
a.       Mengisi buret (kolom) dengan aquades. Mengeluarkan udara yang terperangkap pada kapas di bagian  bawah kolom tersebut.
b.      Menimbang dengan teliti 0,5 g resin penukar kation ke dalam gelas kimia 100 mL dan memindahkan resin tersebut ke dalam kolom dengan menggunakan corong yang kering.
c.       Menambahkan aquades secukupnya sampai seluruh resin terendam semua. Mengeluarkan gelembung udara yang ada di dalam dengan cara memukul-mukul kolom tersebut dengan tabung karet. Selanjutnya atur tinggi air sekitar 1 cm di atas permukaan resin. 
d.      Mengisi corong pisah dengan 250 mL larutan Na2SO4 0,25 M. Membiarkan larutan tersebut masuk ke kolom dengan kecepatan kira-kira 2 tetes per 3 menit. 
e.       Menampung efluen di dalam Erlenmeyer 500 mL.
f.       Bila larutan telah masuk ke dalam kolom semua maka selanjutnya efluen dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 M dengan menggunakan indikator pp untuk menentukan titik akhir titrasi.
2.      Penentuan kapasitas resin penukar anion 
a.       Mengisi buret (sebagai kolom) dengan aquades. Mengeluarkan udara yang terperangkap pada kapas di bagian bawah kolom tersebut. 
b.      Menimbang dengan teliti 0,1 gram resin penukar anion kering yang bersifat basa kuat dan memasukkan resin tersebut ke dalam kolom dengan menggunakan corong yang kering.
c.       Mengisi corong pisah dengan larutan NaNO3 0,25 M dan membiarkan menetes melalui kolom dengan kecepatan 2 tetes per menit.
d.      Menampung efluen dalam labu Erlenmeyer 500 mL.
e.       Setelah semua larutan telah masuk ke dalam kolom, titrasi efluen dengan larutan AgNO3 0,1 M standar, menggunakan indikator K2CrO4 untuk menentukan titik akhir titrasi.
3.      Pemisahan ion Ni2+ dan Fe3+
a.       Menimbang 20 g resin penukar kation yang dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 mL.
b.      Menambahkan 100 mL aquades.
c.       Mengaduk selama beberapa menit kemudian mendekantir cairannya hingga volumenya tinggal ± 25 mL.
d.      Mengulangi cara kerja c, hingga cairannya benar-benar jernih.
e.       Memasukkan resin ke dalam kolom kromatografi yang bagian bawahnya telah diisi dengan sedikit kapas dan aquades sedemikian rupa hingga tinggi resin dalam buret ± 20 cm. Menutup bagian atas resin dengan sedikit kapas. 
f.       Mencuci kolom resin dengan sedikit aquades dan menjaga agar permukaan air tidak berada di bawah lapisan kapas bagian atas. 
g.      Memasukkan 25 mL HCl pekat ke dalam corong pisah yang telah dipasang di atas tabung kolom resin. Dengan hati-hati, meneteskan HCl pekat ke dalam kolom sambil mengeluarkan aquades dalam kolom per tetes juga hingga permukaan HCl pekat dalam kolom ± 1cm di atas lapisan kapas. 
h.      Dengan menggunakan pipet, mengambil 2 mL larutan cuplikan yang mengandung campuran Ni2+ dan Fe3+ dan memasukkannya ke dalam kolom resin. Mengisi corong pisah lagi dengan 25 mL HCl pekat. 
i.        Mengeluarkan larutan HCl dari kolom resin dan mengatur laju air efuen 0,5 mL per menit. Menampung efluen dalam labu Erlenmeyer hingga volumenya 10 mL. Selama pengeluaran efluen, HCl pekat dalam corong pisah harus selalu diteteskan hingga permukaan HCl pekat dalam kolom sesalu tetap.
j.        Mengganti labu Erlenmeyer tersebut dengan labu Erlenmeyer lain untuk menampung efluen I yang menandung ion. 
k.      Setelah semua ion Ni2+ keluar, mengisi corong pisah dengan 25 mL HCl 0,5 M. Mengalirkan ke dalam kolom resin sambil mengeluarkan dan menampung efluen II (Fe3+).
l.        Menampung tiga (3) tetes terakhir  dari efluen dalam tabung reaksi dan menambahkan beberapa tetes dimetil glioksim. Jika tidak terjadi perubahan warna, maka efluent diganti dengan HCl 0,5 M untuk mengelusi Fe3+ dari kolom.
m.    Menguji efluen II dengan 2-3 tetes KSCN untuk mengidentifikasi adanya besi. 
n.      Setelah pekerjaan selesai, mencuci kolom resin dengan aquades hingga bersih.
F.     Hasil Pengamatan
1.      Penentuan kapasitas resin penukar kation
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
   1.
Menimbang 0,5 g resin penukar kation dan memasukkan ke dalam kolom yang telah diisi kapas.
0,5 g resin penukar kation di dalam kolom.
2.
Menambahkan H2O ke dalam kolom.
Resin dalam keadaan basah dan aquades 1 cm di atas resin.
3.
Memasukkan 250 mL Na2SO4 0,25 M ke dalam kolom melalui corong pisah sedikit demi sedikit.
Efluen tak berwarna (H2SO4)
4.
Menitrasi efluen dengan NaOH 0,2 mL dengan indikator pp.
Titran warna merah muda (titik akhir titrasi.

2.      Penentuan kapasitas resin penukar anion
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Menimbang 0,1 g resin penukar anion dan memasukkannya ke dalam kolom yang telah diisi kapas.
0,1 g resin penukar anion di dalam kolom
2.
Menambah H2O ke dalam kolom.
Resin basah dan H2O berada 1 cm di atas resin.
3.
Memasukkan NaNO3 0,25 M sebanyak 250 mL ke dalam corong pisah sedikit demi sedikit.
Efluen tak berwarna (NaCl)
4.
Menitrasi efluen denga AgNO3 0,4 mL dengan indikator K2CrO4
Titran warna jingga.

3.      Pemisahan ion Ni2+ dan Fe3+
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Menimbang 20 g resin penukar kation dan memasukkannya ke dalam kolom yang telah diisi kapas dan resin telah didekantir, dan ditambah H2O.
Resin bersih di dalam kolom dalam keadaan basah dan H2O berada 1 cm di atas resin.
2.
Memasukkan 25 mL HCl pekat ke dalam kolom melalui corong pisah sedikit demi sedikit kemudian memasukkan 2 mL campuran Ni2+ dan Fe3+ kemudian 25 mL HCl pekat.
Efluen berwarna kuning (Ni2+)
3.
Memasukkan 25 mL HCl 0,5 M ke dalam kolom melalui corong pisah.
Efluen berwarna hijau (Fe3+)
4.
Menetesi efluen warna kuning dengan 2-3 tetes dimetil glioksim.
Warna tetap kuning, menandakan larutan mengandung nikel.
5.
Menetesi efluen warna hijau dengan 2-3 tetes KSCN
Efluen berwarna merah menandakan mengandung besi.
a.       Kapasitas resin penukar kation
Konsentrasi NaOH     = 0,1 N
Volume NaOH            = 0,2 mL
Berat resin                   = 0,5 g
Kapasitas resin            = 0,8 meq/g
b.      Kapasitas resin penukar anion
Konsentrasi AgNO     = 0,1 N
Volume AgNO3          = 0,4 mL
Berat resin                   = 0,1g
Kapasitas resin            = 8 meq/g
c.       Pemisahan Ni2+ dan Fe3+
Efluen I                       = Ni2+
Efluen II                     = Fe3+
Laju alir efluen            = 0,333 tetes per detik
G.    Analisis Data
1.      Kapasitas resin penukar kation
Diketahui:
            V NaOH = 0,2 mL
            w = 0,5 g
            a NaOH = 0,1 N = 0,1 meq/mL
Ditanyakan: C = ………………..?
Penyelesaian:
Fp =  
     = 20
C = Fp
   = 20  
   = 0,8 meq/g
2.      Kapasitas resin penukar anion
Diketahui:
            V AgNO3 = 0,4 mL
            w = 0,1 g
            a AgNO3 = 0,1 N = 0,1 meq/mL
Ditanyakan: C = ………………..?
Penyelesaian:
Fp =  
     = 20
C = Fp
   = 20  
   = 8 meq/g
H.    Pembahasan
1.      Penentuan kapasitas resin penukar kation
Resin merupakan senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion tertentu. Pada resin penukar kation, gugus fungsionalnya memiliki ion positif (kation) yang nantinya akan bertukar dengan kation dari senyawa yang akan direaksikan.
Kolom yang akan digunakan untuk kromatografi, sebelum ditambahkan resin terlebih dahulu dimasukkan kapas yang berfungsi untuk menyaring efluen yang akan menuruni kolom sehingga efluen yang diperoleh murni. Air  juga digunakan untuk mengeluarkan udara dari kapas dan membasahi resin agar lebih mudah bereaksi dengan Na2SO4 0,25 M yang akan diteteskan melalui corong pisah. Resin yang digunakan pada percobaan ini adalah resin yang memiliki gugus H+ yaitu bersifat basa kuat, yang nantinya akan dipertukarkan dengan ion Na+ dari Na2SO4. Penambahan Na2SO4 dilakukan melalui corong pisah yang diteteskan sedikit demi sedikit bertujuan untuk membentuk H2SO4 karena pertukaran ion H+ dan Na+ secara teratur dan lebih banyak diperoleh. Reaksi yang terjadi antara resin dan Na2SO4 adalah sebagai berikut:


                         
Ion H+ dan Na+ dapat bertukar karena perbedaan keelektronegatifan yang menyebabkan H+ lebih stabil berikatan dengan SO42- daripada Na+, dimana atom H dan Na berada dalam satu golongan dan dalam satu golongan tersebut, dari atas ke bawah sifat keelektronegatifannya semakin kecil. Dalam tabel periodik diketahui bahwa H berada pada periode 1 dan Na periode 3, sehingga H+ lebih elektronegatif daripada Na+. Selain itu, H juga unsur non logam sehingga lebih mudah untuk membentuk ikatan kovalen. Dengan demikian, proses pertukaran kation dapat berlangsung.
Efluen kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 M dengan indikator pp. Larutan NaOH digunakan untuk titrasi bertujuan untuk mendeteksi adanya H2SO4 pada efluen. Indikator pp digunakan untuk mendeteksi terjadinya titik akhir titrasi dari tak berwarna menjadi berwarna merah muda pada larutan. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi adalah 0,2 mL sehingga kapasitas resin penukar kation yang diperoleh dari analisis data adalah 0,8 meq/g. Mengetahui besarnya kapasitas resin penukar ion berguna untuk memperkirakan banyaknya resin yang diperlukan (yang dimasukkan dalam kolom) untuk suatu penetapan atau suatu pemisahan. Reaksi yang terjadi pada penitrasian yaitu:
H2SO4  +  2NaOH    ---->   Na­2SO4  +  2H2O
2.      Penentuan kapasitas resin penukar anion
Resin penukar anion merupakan resin yang gugus fungsionalnya memiliki ion negatif (anion) untuk dipertukarkan. Besarnya kapasitas suatu resin penukar anion yang bersifat basa dapat ditentukan dengan cara menetapkan banyaknya milligram ekivalen NO3- yang dapat dipertukarkan dengan 1 g resin dalam bentuk ion Cl-. Prinsip kerja penukar anion sama dengan resin penukar kation. Hanya saja ion yang dipertukarkan yang berbeda. Senyawa yang ditambahkan melalui corong pisah pada percobaan ini adalah NaNO3 dimana ion NO3- akan bertukar dengan ion Cl- pada resin untuk mencapai kestabilan karena perbedaan keelektronegatifan. Unsur atau senyawa yang memiliki harga keelektronegatifan lebih tinggi, maka kemampuannya untuk berikatan dengan atom lain dalam ikatan kimia semakin besar. Dalam kasus ini, Cl- lebih elektronegatif dari NO3- dan perbedaan keelektronegatifan Cl- dan Na+ lebih besar dari Na+ dan NO3- sehingga Na+ lebih cenderung tertarik ke Cl- untuk membentuk ikatan ionik. Reaksi yang terjadi yaitu:
Efluen kemudian dititrasi dengan AgNO3 0,1 M dengan menggunakan K2CrO4 sebagai indikator. Hal ini bertujuan untuk membuktikan adanya NaCl pada efluen. Indikator K2CrO4 berfungsi untuk mengidentifikasi terjadinya titik akhir titrasi dari tak berwarna menjadi berwarna jingga. Volume AgNO3 yang digunakan dalam titrasi ini adalah 0,4 mL. Pada titik akhir titrasi, akan terbentuk endapan pada larutan karena kelebihan Ag yang tidak berikatan dengan Cl- bereaksi dengan ion CrO42- dari K2CrO4. Adapun reaksinya yaitu:
        
Berdasarkan analisis data, kapasitas resin penukar anion yang diperoleh adalah 8 meq/g, yang berarti bahwa dalam 1 g resin, sebanyak 8 mgreek anion yang dipertukarkan.
3.      Pemisahan ion Ni2+ dan Fe3+ 
Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan ion Ni2+ dan Fe3+ dalam cuplikan dengan menggunakan resin penukar kation. Menurut teori, resin yang seharusnya digunakan adalah resin penukar anion karena Ni2+ dan Fe3+ adalah kation yang akan bereaksi dengan Cl- dari resin yang dielusi dengan HCl pekat yang berfungsi sebagai pengompleks ion Ni2+ dan Fe3+. Ni2+ bereaksi dengan HCl pekat dapat membentuk kompleks [Ni(Cl4)]2-. Penggunaan HCl pekat pada Ni karena HCl tersebut akan terikat kuat pada resin dan anion akan membentuk senyawa kompleks dengan Ni2+. Sedangkan Fe3+ menggunakan HCl encer untuk mengelusi anion-anion yang terikat pada resin tersebut membentuk ion kompleks [Fe(Cl)6]3-. Ion kompleks [Fe(Cl)6]3- terserap sangat kuat oleh resin penukar anion karena tetapan kestabilannya lebih stabil daripada ion [Ni(Cl)4]2-, sehingga [Ni(Cl)4]2- akan cepat keluar dari kolom sementara ion [Fe(Cl)6]3- ditahan oleh resin penukar anion sebagai akibat penggunaan HCl pekat. Efluen I berwarna kuning dan efluen II berwarna hijau. Menurut teori, efluen I berwarna hijau yang mengandung Ni2+ dan efluen II berwarna kuning yang mengandung Fe3+. Ketidaksesuaian dengan teori dapat diakibatkan karena penggunaan resin yang salah.
Pengidentfikasian ion Ni2+ dan Fe3+ dapat dilakukan dengan menambahkan indikator pada masing-masing efluen. Efluen I yang berwarna kuning direaksikan dengan dimetil glioksim (C4H8O2N2) menghasilkan warna yang tetap. Menurut teori, nikel yang direaksikan dengan dimetil glioksim juga memiliki warna tetap (tidak terjadi perubahan warna). Efluen II yang berwarna hijau direaksikan dengan kalium tiosianat (KSCN) menghasilkan larutan yang berwarna merah yang menandakan larutan positif mengandung besi (Fe). Hal ini sesuai teori, dimana jika terdapat sampel yang mengandung besi dan direaksikan dengan KSCN akan menghasilkan warna merah. Reaksi nikel (Ni2+) dan besi (Fe3+) yaitu:
I.       Penutup
1.      Kesimpulan
a.       Kapasitas resin penukar anion yang diperoleh adalah 8 meq/g.
b.      Kapasitas resin penukar kation yang diperoleh adalah 0,8 meq/g.
c.       Pemisahan ion Ni2+ dan Fe3+ dapat dilakukan dengan kromatografi penukar anion, dimana menurut teori, efluen I adalah Ni2+ yang berwarna hijau dan tetap hijau setelah direaksikan dengan dimetil glioksim. Efluen II adalah Fe3+ yang berwarna kuning dan akan berubah menjadi merah setelah direaksikan dengan KSCN.
2.      Saran
Pada pemisahan ion Ni2+ dan Fe3+ haruslah memperhatikan resin yang dipakai. Resin yang benar untuk digunakan dalam percobaan ini adalah resin penukar anion. 












DAFTAR PUSTAKA
Antara,IK.G.dkk.2008. Kajian Kapasitas dan Efektivitas Resin Penukar Anion untuk Mengikat Klor dan Aplikasinya pada Air. Jurnal Kimia 2(2), Juli 2008, Hal: 87-92.
Basset, J.dkk. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harimu, La.dkk. 2009. Sintesin Poliugenil Oksiasetat sebagai Pengemban untuk Pemisahan Ion Logam Berat Fe(III), Cr(III), Ni(II), Co(II), dan Pb(II) Menggunakan Metode Ekstraksi Pelarut. Indo.J.Chem, 2009, 9(2), Hal:261-266.
Khopkar,S.M. 2010. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Svehla,G.1998. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke Lima. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Analitik. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II. Makassar: Laboratorium Kimia FMIPA UNM.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates